Thursday, December 23, 2010

Setitik Air

Tak sedikitpun ku mengerti atas setitik air yang coba tuk telusuri rongga hatiku
Hanya setitik, tapi begitu pasti mengalir
Hanya setitik, tapi terasa mampu tuk hanyutkan serpihan - serpihan pahit yang telah terekat erat di hati
Hanya setitik, tapi perlahan membangunkanku dalam ingatan itu
Hanya setitik, tapi ku mampu rasakan kekuatannya tuk membantuku bangkit dari kenangan lalu
Hanya setitik, tapi aku membuatku bingung tak menentu
Hanya setitik, tapi menghiburku


Bak ketukan pintu dari seorang tamu
Mungkin dia akan tawarkan segalanya yang indah untukku, aku mau !
Mungkinkah diakah setitik air itu ?
Dari mana ku tahu ?
Tuk bukakan pintu saja ku tak mampu
Kuintip siapa di balik pintu itu
Yang kutemui, tangan kiri yang disembunyikan rapi di balik seragam putih biru


Tuhan,
Kalau dia benar – benar setitik air itu
Kan kuucapkan terimakasih,
karena telah mau membantu sembuhkan lukaku
Tapi lagi – lagi aku tak bisa untuk bukakan pintu
Karena aku tak tau apa yang ia bawa di balik itu
Aku tak mau, jika yang ia sembunyakin itu hanyalah kebahagiaan semu
Yang akhirnya, lagi - lagi akan membuat luka baru


Namun Tuhan,
Apakah mungkin jika aku bukakan pintu,
Aku tak akan lagi rasakan sakit itu ?


Tunjukkan Tuhan siapa setitik air itu?
Tunjukkan Tuhan apa yang harus ku lakukan’
Sebelum semuanya kembali seperti dulu

No comments:

Post a Comment